Dengan smooth mengungkapkan kelebihan dan pencapaian profesional kita tanpa terkesan pamer atau sombong; dapat menentukan keberhasilan proses rekrutmen yang tengah kita jalani.
Rekruter sering bertanya: “Apa kelebihan Anda?”; atau “Apa saja prestasi atau pencapaian profesional Anda selama ini?”
Momen ini terasa cukup dilematis bagi peserta wawancara yang belum terbiasa. Jika keliru menarasikannya, besar kemungkinan kita akan terlihat sombong atau pamer, betapa pun maksud kita bukan demikian.
Bagaimanakah cara agar kita dapat mengungkapkan kelebihan dan pencapaian profesional tanpa terkesan sombong atau pamer? Silakan rekan-rekan pahami dan praktikkan tiga poin berikut ini:
(1) Fokuslah menceritakan kelebihan atau pencapaian yang kasat mata dan mudah terukur.
Misalnya: Berapa total penjualan yang pernah digolkan (Sales); atau berapa banyak dana perusahaan yang dapat dihemat berkat pencegahan fraud (Accounting / Audit); atau berapa persen peningkatan jumlah followers media sosial perusahaan (SocMed Officer). Silakan gali KPI / metrik keberhasilan di fungsi profesi lainnya.
Bisa juga dengan memperlihatkan sertifikasi keahlian yang diterbitkan lembaga / organisasi yang standarnya kredibel; atau memperlihatkan artikel karya kita yang secara gamblang mencerminkan kompetensi kita.
Waktu wawancara yang singkat akan terbuang sia-sia jika kita berusaha menjelaskan kelebihan yang sulit diverifikasi kebenarannya dan menceritakan pencapaian yang tidak kasat mata.
(2) Jika kelebihan / pencapaian tersebut terkait dengan kerja tim, sebutkanlah terlebih dahulu peran tim, barulah apa peran kita di dalamnya. Jika prestasi itu benar-benar kita capai sendiri, jelaskanlah konteks posisi kita di situ sebagai pekerja mandiri (Individual Contributor), dan berilah penghormatan juga bagi dukungan perusahaan atau atasan bagi prestasi individual tersebut.
Dengan kita mengenali peran tim, organisasi, dan hirarki yang berperan dalam pencapaian kita; maka besar kemungkinan kita akan dinilai sebagai pribadi berprestasi yang rendah hati.
(3) Jika ada kegagalan pencapaian yang pernah kita alami, jelaskan konteks kegagalan tersebut dengan baik, misalnya: kurangnya dukungan anggaran operasional, pasar yang belum siap, atau tenggat waktu yang terlalu singkat.
Akan lebih baik jika kita dapat menjelaskan upaya-upaya terbaik apa saja yang kita lakukan untuk mengatasi atau memitigasi kegagalan tersebut.
Kita tidak akan terlihat menyalahkan pihak lain atas kegagalan itu jika kita dapat jelaskan konteksnya dengan baik. Para profesional yang berpengalaman umumnya paham bahwa kita tidak mungkin selalu berhasil dalam memperjuangkan pencapaian target.
Jujur atas kegagalan dan dapat menjelaskannya dengan baik, menandakan kita sebagai pribadi yang memahami keberhasilan & kegagalan sebagai kesatuan dalam sebuah proses bisnis.
Bagaimana, Orbitians sekalian? Siap menjajal tips ini di wawancara kerja berikutnya? Sukses selalu ya, semoga lekas berjodoh dengan pekerjaan idaman kalian 😃